ads

Ucapan Hari Raya Idul Fitri 1445 H/2024 M

Ucapan Hari Raya Idul Fitri 1445 H/2024 M
Pemda Morowali

Ucapan Hari Raya Idul Fitri 1445 H/2024 M

Ucapan Hari Raya Idul Fitri 1445 H/2024 M
BPS Kabupaten Morowali

Ucapan Hari Raya Idul Fitri 1445 H/2024 M

Ucapan Hari Raya Idul Fitri 1445 H/2024 M
Kodim 1311/Morowali

DPRD Kota Palopo

Pemkab Luwu

Headline

Metro

Hukum

Daerah

Politik

Nurdin
Penulis: Nurdin SH.
ADA ungkapan masyarakat di negeri ini,bahwa pada zaman Orde Lama korupsi dalam artian mengambil uang rakyat dilakukan sangat hati-hati, masih berada di bawah meja lalu kemudian pada zaman Orde Baru, korupsi itu berada di dalam laci meja selanjutnya pada zaman Orde Reformasi, maka korupsi sudah berada di atas meja.

Masyarakat memaknai korupsi di atas meja adalah korupsi dengan terang-terangan, mereka tidak lagi punya rasa malu dan takut sama sekali, bahkan Tuhan sekalipun tidak ia takuti, seolah-olah merupakan suatu kebanggaan & ia hidup selamanya.

Dan ketika mereka tertangkap oleh aparat penegak hukum, tidak sedikit dari mereka yang melambaikan tangan sambil cengengesan di depan kamare. Luar biasa..., Inilah potret yang nyata saat ini.

Lantas mengapa orang korupsi? Penulis berpendapat bahwa orang yang mengambil bukan haknya (korupsi) itu akibat gaya hidup, sebab jika untuk hidup sederhana, Allah SWT menciptakan manusia bukan untuk dianiaya, perut diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa bukan untuk dikosongkan.

Namun ada pula sebagian orang menggunakan mitos aji mumpung. Mitos ini didorong oleh kekhawatiran yang berlebihan, takut kehilangan jabatan sebab menurutnya jabatan adalah kesempatan yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk memperkaya diri sendiri, oleh karena tidak selamanya menjadi pejabat.

Syed Husain Alatas (profesor dalam sosiologi hukum) dalam salah satu bukunya menjelaskan, bahwa awalnya korupsi masih terjadi dalam pola satu dua atau sporadis. Tahap selanjutnya ia pelan-pelan mulai merebak dan meluas untuk akhirnya membunuh masyarakatnya sendiri.

Sejalan dengan itu, Prof Satjipto Rahardjo menjelaskan, bahwa korupsi di Indonesia sudah diyakini meluas dan mendalam yang akhirnya hanya akan menggerogoti habis dan menghancurkan masyarakatnya sendiri.

Korupsi sebagai parasit/benalu yang mengisap pohon akan menyebabkan pohon itu mati dan saat pohon itu mati, maka para koruptor pun akan ikut mati karena tidak ada lagi yang bisa diisap.

Undang-undang anti korupsi saat ini hanya memuat tentang kerugian keuangan negara, baik untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan kelompok atau korporasi.

Hal ini memang sudah lumayan akan tetapi ketika kita ingin memberantas korupsi serta segala pencabangannya, maka jika hanya berbicara tentang kerugian negara, sasaran tembak yang demikian itu belum cukup, sebab yang kita tembak baru sebatas korupsi konvensional.

Ada korupsi-korupsi lain yang
terselubung yaitu korupsi kekuasaan. Korupsi yang satu ini tidak hanya berkonotasi keuangan akan tetapi juga memiliki daya perusak terhadap integritas kekuasaan publik.

Sebagai contoh, seorang pejabat publik sengaja membiarkan seseorang yang ingin menemuinya menunggu berlama-lama. Pejabat seperti ini sungguh tidak memahami bahwa kekuasaan yang diembannya adalah merupakan amanah untuk mengabdi kepada masyarakat.

Penjabat seperti ini tidak memiliki kepedulian, tidak memiliki empati untuk rakyat, apalagi jika sikap itu hanya sekedar ingin menunjukkan bahwa ia berkuasa dan bisa membuat seseorang "menderita".

Tempo dulu, kolonial itu buruk tapi kita bisa mendapatkan contoh-contoh yang baik pada bidang administrasi. Zaman Hindia Belanda, ada sebuah ketentuan yang mengharuskan seorang pejabat untuk segera melayani rakyat yang datang kepadanya, dengan ancaman hukuman apabila tidak menjalankannya.

Korupsi adalah benalu yang menempel pada tumbuh-tumbuhan dan menggorogotinya. Seperti benalu, korupsi hidup dengan cara mengisap uang rakyat tanpa disadari akhirnya pohon itu mati dan para koruptor itu pun dengan sendirinya ikut mati. Wallahu Alam... (****) 

*) Penulis Adalah Penyidik Senior Sat Reskrim Polres Palopo

About koranakselerasi

OnlineAkselerasi.com juga beredar dalam versi cetak (Koran Akselerasi) yang beredar di wilayah Luwu Raya dan Toraja. Semoga, kehadiran media ini, dapat menambah khasana bacaan masyarakat yang lebih edukatif dan mendidik.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Post a Comment


Top