ads

Ucapan Hari Raya Idul Fitri 1445 H/2024 M

Ucapan Hari Raya Idul Fitri 1445 H/2024 M
Pemda Morowali

Ucapan Hari Raya Idul Fitri 1445 H/2024 M

Ucapan Hari Raya Idul Fitri 1445 H/2024 M
BPS Kabupaten Morowali

Ucapan Hari Raya Idul Fitri 1445 H/2024 M

Ucapan Hari Raya Idul Fitri 1445 H/2024 M
Kodim 1311/Morowali

DPRD Kota Palopo

Pemkab Luwu

Headline

Metro

Hukum

Daerah

Politik

Penulis, Nurdin. 

ADA ungkapan menarik Gus Baha, bahwa "Orang yang ingin memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya adalah merupakan bentuk keangkuhan". Mungkin akan banyak di antara kita yang sependapat dengan ungkapan sang kiyai kondang itu.


Betapa tidak, kenyataan memperlihatkan kepada kita bahwa korupsi sepertinya sudah membudaya dan bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di belahan dunia lainnya. Bahkan berdasarkan pemberitaan yang mengacu pada Transparency International.


Nilai atau skor Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia adalah 34 dari 100. Skor tersebut membuat Indonesia berada di peringkat 115 dari 180 negara yang ditakar kadar korupsinya pada tahun 2023. Nah, bagaimana korupsi itu sehingga semakin merajalela?


Salah-satu penyebabnya adalah adanya sistem yang lemah selain karena hilangnya rasa malu. Sistem yang lemah itu termasuk birokrasi yang terlalu berbelit-belit, ngurus KTP saja misalnya, harus ini dan itu sehingga orang yang berintegritas pun akan berupaya mencari jalan pintas.


Jalan pintas inilah yang dimainkan oleh mereka yang tidak punya rasa malu dengan dalih hendak membantu, meminta sesuatu. Padahal semestinya, membantu itu tidak mengharapkan imbalan atau balasan, namanya juga membantu.


Terkait dengan rasa malu apalagi di momen politik ini, kata kawan saya, "Ada sebagian orang yang tiba-tiba baik, tidak malu-malu menawarkan imbalan sejumlah uang dengan catatan memilihnya dalam Pemilu mendatang". Meski secara hukum belum bisa dibuktikan dan agak sulit membuktikannya secara hukum sebab merupakan simbiosis mutualisme.


Namun, perbuatan curang seperti itu yang jika digunakan untuk menduduki jabatan tertentu adalah merupakan cikal bakal dari tindak pidana korupsi. Jadi, menurut saya, bahwa korupsi bukan hanya mengambil uang rakyat tetapi juga tidak terkecuali berlaku curang untuk memperoleh jabatan tertentu.


Mengambil uang rakyat hanya akibat dari yang awalnya menghalalkan segala macam cara untuk kemudian menduduki sebuah jabatan. Nah, di tahun inilah merupakan momen terbaik untuk mengedukasi masyarakat, bagaimana sejatinya seorang jika ingin jadi pemimpin yang baik.


Sehingga, kalau misalnya, ada calon pemimpin yang berteriak akan memberantas korupsi namun kepimpinan yang diperolehnya dengan cara yang curang, itu sama halnya tong kosong nyaring bunyinya, hanya cerita omong kosong belaka, omong doang (Omdo) kata anak muda sekarang.


Sebab jika seorang pemimpin dihasilkan dari proses curang, maka akan menghasilkan pemimpin yang juga curang dan dapat dipastikan perilaku koruptif tidak akan pernah bisa selesai sebagaimana yang kita harapkan, malah yang muncul sebaliknya.


Dan jika itu terjadi, maka perlahan-lahan negara ini akan ambruk seiring dengan ambruknya para pelaku-pelaku yang curang. Itu karena ketika kelak dikemudian hari terpilih, mereka hanya akan mementingkan dirinya, keluarganya dan atau kelompoknya sementara rakyat yang sekian juta itu, hanya akan menjadi penonton.


Perlu diingat, bahwa kekuasaan atau kepemimpinan (apalagi kekuasaan atau kepemimpinan yang diperoleh dengan cara curang, berbuat tidak jujur, tidak adil, merugikan pihak lain) hanya akan menjadi penyesalan kelak dikemudian hari. (****) 


- Penulis Adalah Dosen IAIN Palopo

About koranakselerasi

OnlineAkselerasi.com juga beredar dalam versi cetak (Koran Akselerasi) yang beredar di wilayah Luwu Raya dan Toraja. Semoga, kehadiran media ini, dapat menambah khasana bacaan masyarakat yang lebih edukatif dan mendidik.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Post a Comment


Top