ads

Ucapan Hari Raya Idul Fitri 1445 H/2024 M

Ucapan Hari Raya Idul Fitri 1445 H/2024 M
Pemda Morowali

Ucapan Hari Raya Idul Fitri 1445 H/2024 M

Ucapan Hari Raya Idul Fitri 1445 H/2024 M
BPS Kabupaten Morowali

Ucapan Hari Raya Idul Fitri 1445 H/2024 M

Ucapan Hari Raya Idul Fitri 1445 H/2024 M
Kodim 1311/Morowali

DPRD Kota Palopo

Pemkab Luwu

Headline

Metro

Hukum

Daerah

Politik

Penulis, Nurdin. 

SEJAK memasuki tahapan Pemilu, banyak ilmu pengetahuan yang bisa diambil di sosial media, di surat kabar maupun di layar TV, terutama mengenai ilmu politik dan bagaimana politisi beradu argumen, tentu ada pro dan kontra (suka dan tidak suka).


Dari itu, ada kalimat yang dilontarkan oleh orang yang mungkin tidak begitu senang dengan politik, dia mengatakan bahwa "Salah satu penyebab orang tidak menyukai politik karena bukan kebenaran yang menjadi tujuan para politisi, melainkan kemenangan dalam pemilu." 


Pernyataan itu boleh jadi ada benarnya, sebab konon untuk mencapai kemenangan dalam Pemilu, politisi menggunakan berbagai macam cara agar menang, termasuk (meskipun) dengan cara melanggar peraturan yang telah ditetapkan. 


Bahkan, seorang caleg mengisahkan pengalamannya. Waktu itu, dia menyumbang 100 mesin air di kampungnya dengan harapan masyarakat memilihnya saat pencoblosan, akan tetapi setelah perhitungan suara, hanya ada 3 orang yang memilihnya di kampung itu.


Lalu, kemana suara masyarakat 97 yang telah menerima sumbangan? Mungkinkah memilih caleg lain? Atau, karena ada caleg lain yang memberi sumbangan lebih besar? Atau, mengamalkan apa kata orang, "Ambil uangnya jangan pilih orangnya".


Dari pengalaman caleg di atas, sejalan dengan ungkapan motivator kelas dunia, Dale Carnegie bahwa "Anda bisa membuat lebih banyak teman dalam dua bulan dengan menjadi tertarik pada orang lain. Dari pada dalam dua tahun dengan mencoba membuat orang lain tertarik pada Anda." 


Kalau kita melihat fenomena jelang pencoblosan 14 Februari 2024, hampir semua caleg menerapkan apa yang dikatakan Carnegie, yaitu bagaimana membuat orang lain tertarik dan cara paling efektif adalah dengan memancarkan sifat empati. 


Empati yang dalam bahasa sederhananya adalah dengan menjadi orang yang tiba-tiba peduli. Peduli pada orang miskin, peduli jalan hancur, peduli masjid rusak, peduli anak putus sekolah, bila perlu seorang caleg peduli juga pada orang yang sedang putus cinta.


Mesti diakui, cara paling jitu membuat orang lain tertarik antara lain misalnya, menyumbang uang, mengajak makan, mengajak ngopi, menyumbang sarung, jilbab, jam dinding, pupuk, benih, dan sebagainya. Intinya, tangannya selalu memberi, bukan menadah. 


Orang yang suka menyumbang, ada kemungkinan terpilih. Sebaliknya, yang hanya jualan liur, obral janji (yang dalam bahasa Bugis, Janci MutaroE) yakinlah tidak akan terpilih. Kata kawan saya, Ini adalah teori dasar kampanye. 


Jika hanya obral janji atau Janci MutaroE tentu sangat tidak elok sebab dapat mencederai kepercayaan masyarakat terhadap Politisi, itulah mengapa seorang politisi Prancis, Charles de Gaulle pernah berkata "Politisi itu, tidak percaya dengan omongannya sehingga dia terkejut jika rakyat memercayainya."


Lantas, bagaimana dengan Pilpres? Mungkin tidak jauh beda dengan cerita caleg di atas. Namun, kita berharap calon-calon pemimpin bangsa tidak menempuh cara-cara tercela untuk memenangkan Pemilu sebab kekuasaan apalagi kekuasaan yang diperoleh dengan cara yang tidak pantas, hanya akan menjadi penyesalan kelak di kemudian hari.


Terakhir, saya ingin mengingatkan pada para pembaca, bahwa yang terpenting dalam Pemilu adalah bagaimana kita menjaga dan mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa yang sudah terjalin dengan baik selama ini.


Berbeda pilihan dalam Pemilu dan pemilihan adalah hal yang biasa dan merupakan suatu keniscayaan, jangan karena perbedaan menjadikan kita anak bangsa menjadi terpecah belah, jangan mudah terprovokasi dengan berbagai berita yang ada di sosial media yang belum tentu kebenarannya. (****)


- Penulis Adalah Dosen IAN Palopo

About koranakselerasi

OnlineAkselerasi.com juga beredar dalam versi cetak (Koran Akselerasi) yang beredar di wilayah Luwu Raya dan Toraja. Semoga, kehadiran media ini, dapat menambah khasana bacaan masyarakat yang lebih edukatif dan mendidik.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Post a Comment


Top