![]() |
| Foto (Ilustrasi). |
Awalnya dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Sawerigading pada 26 November karena luka tusuk duri tulang ikan pada kaki yang menyebabkan pembengkakan. Menurut keterangan keluarga yang diterima media, luka tersebut hanya diperban tanpa dilakukan pembersihan lebih lanjut, kemudian pasien dipasang infus dan dipindahkan ke Ruang Rawat Inap Cemara, Bed 5.
Selama lima hari perawatan, keluarga menyatakan bahwa luka pada kaki pasien tidak pernah dibersihkan, diganti perban, maupun diperiksa secara rutin meski kondisi bengkak semakin memburuk dan mulai mengeluarkan nanah. “Kami beberapa kali menyampaikan keluhan nyeri dan kondisi yang memburuk, tetapi tidak ada tindakan pembersihan atau penggantian perban yang dilakukan,” ujar Idha, anak almarhum, saat dihubungi Koran Akselerasi, Rabu (3/12/2025)
Kadar gula darah pasien yang sempat tinggi menjadi alasan dokter spesialis luka dalam untuk menunda tindakan operasi hingga kondisi stabil. Setelah gula darah dilaporkan kembali normal, jadwal operasi oleh dokter bedah belum juga ditentukan. Keluarga mengaku dokter bedah tidak lagi melakukan kunjungan pemeriksaan setelah penundaan tersebut.
Pada malam sebelum meninggal, kondisi pasien memburuk hingga tidak sadarkan diri. Keluarga mengaku kesulitan menemukan perawat yang bertugas pada saat itu meski telah memanggil berulang kali. Setelah perawat datang, pasien diberikan oksigen dan kembali sadar, namun tidak ada tindakan medis lanjutan yang signifikan.Keluarga menyampaikan kekecewaannya secara terbuka kepada petugas rumah sakit pada Minggu malam (30/11/2025). Keesokan harinya, pasien dinyatakan meninggal dunia dan telah dikebumikan di TPU Salobulo.
Kronologi dan keluhan keluarga tersebut pertama kali dipublikasikan melalui sebuah postingan panjang di Facebook oleh akun atas nama IDha dan Palopo Info pada Senin (1/12/2025) malam. Dalam postingan yang kini telah dibagikan ratusan kali itu, pemilik akun yang kemudian diketahui merupakan anak almarhum menceritakan secara terperinci pengalaman keluarga selama bapaknya dirawat.
“Mulai dari awal masuk IGD sampai akhirnya bapak saya meninggal, luka di kaki tidak pernah dibersihkan sama sekali meski sudah bengkak parah dan bernanah,” tulisnya dalam postingan yang dibagikan untuk publik. Ia juga menggambarkan kesulitan mendapatkan respons cepat dari perawat saat orangtua nya tidak sadarkan diri, serta kekecewaan karena jadwal operasi yang terus tertunda meski kadar gula darah telah stabil.
IDha menuliskan, “Saya hanya ingin cerita ini menjadi pelajaran bagi rumah sakit dan keluarga lain, agar tidak ada lagi yang mengalami hal serupa.” Postingan tersebut ditutup dengan ucapan duka dan permohonan doa dari masyarakat.
Menanggapi postingan yang menjadi viral di kalangan warga Palopo dan sekitarnya, media berupaya menghubungi pemilik akun IDha. Ia membenarkan bahwa postingan tersebut memang ditulis olehnya sebagai bentuk luapan duka sekaligus harapan adanya perbaikan pelayanan.
Kasus ini menambah daftar panjang keluhan masyarakat atas pelayanan rumah sakit di Kota Palopo. Baru-baru ini, dugaan malpraktik di RS At-Medika Palopo juga ramai menjadi sorotan setelah seorang pasien lansia bernama Basri Sakuta (73) meninggal dunia pada 28 November 2025 di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar usai dirawat di sana. Keluarga Basri melaporkan kondisinya memburuk drastis setelah menerima obat anti-nyeri untuk keluhan sakit gusi, hingga muncul luka melepuh seperti terbakar di seluruh tubuh. Keluarga korban juga telah melaporkan hal ini ke Polres Palopo pada 19 November lalu. Sementara Ikatan Pemuda Mahasiswa Luwu (PP IPMAL) mendesak investigasi transparan dari Kementerian Kesehatan dan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI)
Sementara itu, Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Sulsel secara terbuka menuding rumah sakit di wilayah setempat kerap "lupa kemanusiaan" dalam memberikan pelayanan, terutama bagi pasien dari kalangan rentan. Dalam pernyataan resminya, LMND Sulsel menyoroti pola penanganan yang dinilai kurang empati, seperti keterlambatan respons darurat dan kurangnya perawatan lanjutan, yang berpotensi memperburuk kondisi pasien. "Kami mendesak evaluasi sistemik agar pelayanan kesehatan tidak lagi mengorbankan nilai kemanusiaan," tegas Adri Fadli Ketua LMND Sulsel.
Hingga Rabu (3/12/2025) siang, pihak manajemen RSUD Sawerigading Palopo belum memberikan tanggapan resmi atas postingan maupun kronologi yang beredar. Media masih berupaya mengkonfirmasi Direktur rumah sakit serta Dinas Kesehatan Kota Palopo terkait kasus ini.
Keluarga berharap adanya evaluasi menyeluruh terhadap standar operasional prosedur, terutama dalam penanganan luka infeksi dan respons kegawatdaruratan di ruang rawat inap. “Kami tidak ingin ada keluarga lain yang mengalami hal serupa,” tutur Idha. (MUBARAK DJABAL TIRA)

Posting Komentar untuk "Duka Keluarga di Palopo: Seorang Bapak Meninggal Setelah Rawat Inap, Luka Tak Pernah Ditangani"